Berdasarkan pernyataan dari pak Geuchik gampong Mee Lampoh Saka (periode 2015- 2021) asal usul nama gampong ‘Mee Lampoh Saka’adalah kata ‘Mee’ berarti pohon asam jawa, dimana dulunya desa ini hanya terdapat sebuah pohon Asam Jawa yang sangat besar. Sedangkan kata ‘Lampoh Saka’ bermakna kebun gula dimana dulunya juga di desa ini terdapat banyak kebun tebu. Meskipun pohon asam jawa dan kebun tebu saat ini sudah tidak ada lagi di desa ini, namun dari nama desa ini lah yang membuat kebanyakan orang tahu bahwa desa ini dulunya pernah terdapat pohon asam jawa dan kebun tebu.
Pada tahun 1973 di desa ini hanya terdapat 19 rumah adat Aceh. Pada saat itu pula desa ini termasuk desa yang paling miskin dibandingkan dengan desa lainnya. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya seorang pun warga di desa ini yang bekerja sebagai pegawai, mereka semua bekerja sebagai petani. Beda halnya dengan desa lain dimana disana sudah ada beberapa warga yang bekerja sebagai pegawai. Dan baru pada tahun 1973 desa ini diberikan bantuan bernama PELITA dari pemerintah. Namun pada tahun 1985 di desa ini sudah mulai terdapat warga yang bekerja sebagai pegawai. Dan pada tahun 1988 juga sudah mulai adanya infrastruktur desa seperti jalan aspal.
Awalnya, desa yang sekarang bernama desa Keude Lampoh Saka dulunya pernah menjadi bagian dari desa Mee Lampoh Saka. Namun sekarang kedua desa ini menjadi dua desa yang berbeda.
Sejak tahun 1973- 2015 pergantian geuchik sangat sering terjadi di desa ini. Pada tahun 1973 desa ini dipimpin oleh geuchik bernama M. Suffi selama 13 tahun. Selanjutnya dipimpin oleh geuchik Abdurrahman selama 2 tahun. Setelah itu dipimpin oleh geuchik Mahmudin selama 3 tahun. Kemudian diganti oleh geuchik Abdurahman selama 3 tahun. Selanjutnya diganti oleh geuchik Zulkarnaini selama 5 tahun. Setelah itu desa ini dipimpin oleh geuchik Usman selama 6 tahun. Hebatnya pada masa kepemimpinan beliau adalah pertama kali desa ini didirikan sebuah menasah. Kehebatan beliaulah yang paling berpengaruh pada kesuksesan desa ini pada masa itu. Padahal beliau bukanlah penduduk asli dari desa ini. Beliau berasal dari Glumpang Minyeuk, Sigli. Beliau bisa terpilih menjadi geuchik karena beliau bekerja di kantor camat sebelumnya dan diutus oleh Camat untuk menjadi Geuchik di desa ini. Kemudian Geuchik Jamil menggantikan posisi geuchik sebelumnya selama 2 tahun. Setelah itu geuchik yang kedelapan adalah geuchik Jailani dengan masa jabatan 2 tahun. Geuchik yang kesembilan yaitu geuchik M. Jamil dengan masa jabatan 2 tahun. Geuchik kesepuluh adalah geuchik Zulkifli Saneh memimpin selama 3 tahun. Geuchik selanjutnya adalah geuchik M. Jamil Puteh yang hanya menjabat sebagai geuchik selama 1 tahun. Hal ini disebabkan karena beliau adalah seorang pejabat jadi tidak boleh menggandeng dua jabatan sekaligus. Pergantian geuchik yang kerap terjadi di desa ini sejak tahun 1973 disebabkan salah satunya oleh keegoisan dan perebutan jabatan dari pihak- pihak tertentu sehingga mencari kesalahan- kesalahan dari pemimpin pada saat itu. Hal ini terjadi dikarenakan aturan pemilihan geuchik belum sepenuhnya di atur oleh pemerintah. Pada tahun 2015 ini barulah terpilih geuchik bernama M. Nur. Beliau Menjabat Selama 5 Tahun.Pada Tahun 2021 Terpilih geuchik yang baru yang bernama Mulyadi dan beliau menjabat sampai saat ini.
Jadi, sejak tahun 1973- 2021 desa ini sudah pernah dipimpin oleh 13 geuchik.